Sudah sampai saatnya aku melangkah pergi dari bumi Jawa yang sungguh menyenangkan ini. Walaupun berat kaki ini untuk melangkah pergi, aku terpaksa lakukan demi masa depan dan cita-citaku yang sudah lama terpendam demi tuntutan kerja dan tanggungjawabku yang lain.
Setelah hampir 8 tahun aku 'berhijrah' ke Jakarta, kota kosmopolitan yang padat dengan pelbagai ragam manusia yang mengejar cita-cita dan dikejar kerasnya hidup untuk terus bertahan dari hari ke hari. Kota ini memang banyak kekurangannya tetapi banyak juga kelebihannya. Jakarta cukup identik dengan 'kemacetan' jalanraya dan sepertinya masalah ini tidak akan pernah bisa diatasi tanpa 'sistem' jalanraya yang lebih baik. Busway dan 3in1 bukanlah penyelesaiannya kerana warga Jakarta akan menggunakan jasa 'jockey' jika terpaksa melalui Jalan Sudirman di pagi dan sore hari. Sampai kapankah 'kemacetan' ini akan berlanjutan kalau jumlah kenderaan semakin bertambah dan sistem public transportation yang sampai sekarang masih tergendala.
Jakarta cukup megah dan trendy mungkin kerana jumlah penduduknya yang ramai dengan bermacam keinginan untuk tampil beda atau mungkin juga orang-orang Jakarta lebih adventurer untuk mencoba sesuatu yang baru. Saban bulan akan muncul tempat-tempat makan atau hang out yang baru dan konsep yang semakin diminati adalah cafe atau bistro dengan interior yang sedikit industrial.
Jakarta juga banyak mengajar aku agar lebih sabar, tenang dan terkendali. Sewaktu berpindah ke sini tujuh tahun dahulu, pesan pertama dari mantan bossku adalah untuk tidak screaming to my staff. Menurutku memang kita orang Malaysia lebih bebas mengucapkan apa yang terlintas difikiran dan meluahkan apa yang tersirat di hati. Orang-orang Indonesia lebih banyak menyimpan dalam hati supaya tidak melukakan hati banyak orang dengan ucapan yang difikirkan tidak wajar diucapkan. Dari sini, aku belajar untuk berfikir dua tiga kali sebelum mengatakan sesuatu.
Sampai saat ini, aku belum tahu dengan pasti apakah aku akan terus melangkah pergi dari bumi Jawa yang banyak mengajar aku tentang kehidupan di usia matang ini. Terlalu banyak perubahan diri dari segi fizikal ataupun mental telah aku alami sepanjang tujuh tahun lebih di sini. Apabila kita sendirian di tanah asing, sahabat-sahabat dan teman-teman dekat banyak membantu kita mengharungi hari-hari payah dengan sedikit senyuman dan hilai tawa.
Aku bersyukur mempunyai sahabat-sahabat dan teman-teman akrab yang tidak perlu aku sebutkan satu persatu. Segala kenangan dan pengalaman yang kita lalu bersama akan tetap kukenang sampai kapan pun dan tidak akan ada badai atau taufan yang akan memisahkan kita.
Terima kasish kerana telah menerima diri ini apa adanya.
Jakarta, 10 Augustus 2011
No comments:
Post a Comment